Liang kobori dan metanduno merupakan salah
satu gua alam yang berada di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Gua ini kini menjadi situs purbakala yang
dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah selain itu gua ini pun menjadi
tempat pariwisata dan penelitian kepurbakalaan.
Gua ini terkenal karena adanya ornament
ornament yang berupa lukisan yang terdapat pada dinding gua. Lukisan lukisan
ini merupakan salah satu lukisan yang dibuat oleh para manusia purba.
Gua ini merupakan salah satu gua alam yang
memiliki ornament didalamnya, yang berupa lukisan hasil karya manusia purba,
selain gua serupa yang terdapat di didaerah lainnya di Indonesia atau gua
serupa yang berada dimancanegara seperti di Prancis dan Spanyol.
Gua ini merupakan sebuah gua alam yang ditemukan dan diteliti pertama kali oleh
seorang sejarawan bernama Kosasih S.A. pada tahun 1977.
Gua ini terletak kurang lebih 10 km dari
pusat kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu, tepatnya diperbatasan antara Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan
Lohia. Untuk mencapainya, kita dapat menggunakan kendaraan Umum ataupun
kendaran pribadi selama kurang lebih 1 Jam perjalan. Tetapi untuk mencapai
bibir gua tidak semudah yang dikira, kita perlu memasuki lorong lagi sejauh ±
2-3 Km dengan akses jalan yang kurang memadai, tetapi kita akan tetap terpukau
dengan keindahan alam disekitar jalan masuk.
Ketika memasuki areal situs peninggalan liang
kobori dan metanduno, gua pertama yang kita temui adalah gua metanduno. Gua
metanduno merupakan gua alam yang kita jumpai terlebih dahulu sebelum gua liang
korori. Pada gua ini kita dapat melihat berbagai hasil peninggalan manusia pra
sejarah, misalnya saja lukisan-lukisan hewan pada dinding gua serta asap yang
menurut pemandu, sebut saja La Ode Samada, merupakan asap sisa kegiatan masak
memasak yang dilakukan oleh manusia pra sejarah. Menurut Pemandu, gua ini
disebut sebagai gua metanduno sebab kebanyakan motif yang ditemukan pada gua
ini merupakan motif hewan bertanduk, dalam bahasa muna tandu berarti tanduk.
Lukisaan lukisan ini, menurut pemandu merupakan lukisan yang dibuat oleh
manusia prasejarah dari bahan berupa darah hewan buruan, tanah liat serta getah
kayu yang belum diketahui jenisnya. Sebab pola kehidupan masyarakat prasejarah
yang hidup didaerah ini adalah berburu, lalu darah hasil hewan buruan
dikumpulakan agar dapat menjadi suatu lukisan.
Ketika memasuki bibir gua, kita akan melihat
suatu gua alam yang membentang dengan tinggi bevariasi antar 2-5 m dan lebar
sekitar 30 m . selain ornament-ornamen berupa lukisan kita dapat melihat
berbagai struktur geologi pada gua ini misalnya saja stalaktit yang berada pada
bagian atas dan stalakmit yang berada pada bagian bawah, yang apabila keduanya
telah bertemu maka akan membetuk tiang batu.
Gua berikut yang kita dapat temui adalah gua
utama yaitu gua liag kobori. Sesuai namanya yaitu liang kobori yang jika kita
artikan kedalam Bahasa Indonesia berari gua bertulis, didalam gua ini kita akan
menemukan berbagai macam lukisan yang dibuat oleh para manusia prasejarah.
lukisan lukisan pada dinding gua ini sampai saat ini masih menyimpan misteri
tentang kehidupan prasejarah masyarakat muna yang tergores pada 130 an situs
aneka goresan berwarna merah pada dinding gua bagian dalam. Lukisan lukisan ini
masih terjaga keasliannya sampai sekarang.
Dari berbagai aneka lukisan tersebut,
tergambar cara hidup masyarakat suku Muna pada masa lalu mulai dari cara
bercocok tanam, berternak, berburu, berdapatasi dengan lingkungan, dan
berperang untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Diantara lukisan
(gambar) yang ada dalam gua itu adalah gambar seseorang yang menaiki seekor
gajah, gambar matahari, gambar pohon kelapa, gambar binatang ternak seperti
sapi, kuda, serta gambar layang-layang yang merupakan salah satu media ritual
masyarakat Muna pada saat itu.
Selain dapat mempelajari dan menikmati
lukisan dari gua ini, kitapun dapat melihat formasi geologi seperti stalaktit
dan stalakmit yang memiliki bentuk beragam yang merupakan hasil pengerasan dari
mineral mineral alam yang terbentuk sejak puluhan tahun yang lalu.
Gua ini biasa dikunjungi oleh para pelajar
untuk studi lapangan maupun para sejarawan, selain itu ada pula wisatawan
mancanegara yang segaja datang untuk melakukan penelitian atau dating untuk
berwisata saja.
Jika gua ini dikelola dengan maksimal oleh
pemerintah daerah dengan penyedian akses jalan yang memadai tidak menutup
kemungkinan salah satu gua bertulis terbesar didunia ini, dapat menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat sekitar dan bagi pemerintah daerah pula.
No comments:
Post a Comment