Saturday, May 5, 2012

DRAMA BAHASA INDONESIA


KISAH RAJA FARUQ

( Oleh Muhamad Arzan )

Pada suatu masa, hidupalah seorang raja yang memerintah sebuah kerajaan besar dengan kekayaan yang melimpah ruah, dan dengan bala tentara yang besarpula. Namun,  raja tersebut memerintah dengan kekuasaan yang besar, tak ada seorangpun yang berani membentak ataupun membantah perkataaanya, tak ada dari satupun kerajaan lain yang berani menyerang kerajaannya. Dialah sang raja dari kerajaan abbasiyah, Raja Faruq.

Dalam masalah perang, kerajaan nya tak pernah kalah. Namun suatu ketika tentara mereka kalah dalam perang. Mendengar hal tersebut sang raja marah besar dan mengumpulkan seluruh bawahannya.

Ajudan
:
“ Raja, telah tiba.” ( sahut sang ajudan, memberitahukan kedatangan sang raja ).

Sontak, seluruh isi istana menundukkan kepala, ketika sang raja lewat menuju ke singasanah-nya. Dibawah singgasanah sudah menunggu beberapa penasehat dan panglima perang untuk membicarakan masalah kekalah perang kerajaan mereka.

Raja Faruq
:
“yah, kalian semua dapat duduk kembali (sambil mengangkat tangannya)”.

Keadaan hening sejenak, tanpa satupun suara, dan tak ada yang berani mendahuli raja berbicara.
Raja Faruq
:
“apa seluruh pengurus istana telah berkumpul ?”
Seluru Hadirin
:
“sudah tuan”
Raja Faruq
:
“Oh yah, mengapa kerajaan kita kalah perang baru-baru ini dengan kerajaan yang sekecil itu, panglima ?”
(wajah raja tampak marah)
Panglima
:
“ maafkan kami, baginda” (dengan ekspresi ketakutan sekali)
Raja Faruq
:
“ apa ! kau hanya bilang maaf. lancang sekali mulutmu, panglima ?
Panglima
:
“maaf beribu maaf tuan baginda. Bukan aku penyebab kekalah kerajan kita.”
Raja Faruq
:
“lalu apa penyebab kekalah kerajaan kita pada perang ini”
Panglima
:
“aku tak tahu Tuan”
Penasehat II
:
“maaf baginda. kabar kerajaan kita akan menyerang kerajaan Nambrud  sudah samapai ketelinga raja Nambrud sebelum kita melakukan penyerangan kepada kerajaan mereka , baginda.”
Raja Faruq
:
“ apa ! Rencana kita bocor. Kurang ajar. Siapa yang membocorkan rencana itu. Penasehat II ?”
Penasehat II
:
“ maaf baginda, hamba tak berani mengatakannya”
Raja Faruq
:
“katakan sekarang juga atau kau akan kupenggal”
Penasehat II
:
“maaf baginda, yang membocorkan rencana kita adalah salah satu perwira tinggi di istana kita”
Raja Faruq
:
“siapa perwira lancang itu ?”
Penasehat II

“ maaf baginda, hamba tak berani mengatakannya”
Raja Faruq
:
“katakan sekarang juga atau kau akan kupenggal”
Penasehat II
:
“menurut berita yang menyebar, Jendral Hasad lah yang membocorkan rencana kita  ketelinga raja Nambrud, tuan”
Penasehat I
:
“ akupula mendengar berita yang sama, tuan baginda.”
Raja Faruq
:
“apakah kau mendengar hal yang serupa  penasehat III”
Penasehat III
:
“Yah akupun mendengar berita yang sama, baginda.”
Raja Faruq
:
“ajudan ! cepat panggil Jendral Hasad,  datang kesini !”
Ajudan
:
“siap baginda !”
Beberapa saat kemudian, para ajudan membawa jendral hasad ke depan Raja Faruq, dalam keadaan diseret seret diatas lantai.
Raja Faruq
:
“mana Jendral itu, ajudan !”
Ajudan
:
“ ini tuan.”
Jendral hasad
:
“ada apa tuan memanggil hamba kemari.”
Raja Faruq
:
“hah, kamu masih bertanya lagi ?”
Jendral Hasad
:
“ memangnya ada masalah apa tuan, apakah hamba bersalah ?”
Raja Faruq
:
“ yah, memang kamu bersalah. Kamu kan yang membocorkan rencana kerajaan kita kepada raja Nambrud.”
Jendral hasad
:
“maaf tuan, itu tidak benar”
Raja Faruq
:
“lancang kamu,…………lalu siapa lagi yang membocorkan rencana kita, kalau bukan kamu.”
Jendral hasad
:
“sekali lagi tuan bukan saya yang membocorkan rencana kita”
Raja Faruq
:
“algojo….! datang kemari ! ……………….Penggal dia…..”
Algojo
:
“baik…baik, tuan”
Raja Faruq
:
“Seret dia, sekarang juga kemeja penggal”
Jendral hasad
:
“maaf tuan bukan aku yang membocorkan rencana kita” (sambil diseret seret).
Raja Faruq
:
“cepat penggal dia, algojo”
Ketika algojo akan memenggal kepala jendral hasad Mata Mata Istana langsung masuk keruangan dengan wajah yang ngosngosan serta jalan dengan terjatu beberapa kali.
Mata Mata Istana
:
“bukan dia pelakunya tuan baginda”
Raja Faruq
:
“hentikan algojo !”
Mata Mata Istana
:
“bukan dia pelakunya tuan baginda”
Raja Faruq
:
“lancang sekali mulutmu berani berkata begitu padaku. Memanggnya siapa kamu dan apa tujuan mu?”
Mata Mata Istana
:
“hamba mata-mata istana tuan”
Raja Faruq
:
“memanggnya apa bukti bahwa kau adalah mata-mata mata Istanaku”
Panglima
:
“tuan boleh melihat tanda pengenal mata-mata isatana kita di punggungnya, berupa gambar tengkorak”
Raja Faruq
:
“Oh sorry, aku lupa bahwa ada tanda pengenal mata-mata. Penasehat III…………Buka bajunya”
Penasehat III
:
“baik tuan”
Dan Penasehat III pun membuka baju sang mata-mata dan memperlihatkan tanda pengenal mata mata tersebut kepada baginda.
Raja Faruq
:
“mana tanda pengenalnya penasehat III”
Penasehat III
:
“gambar tengkorak ini baginda”
Raja Faruq
:
“ah, mungkin itu Cuma tato”
Penasehat III
:
“ini benar-benar tandanya tuan”
Raja Faruq
:
“baik lepaskan dia”
Penasehat III
:
“siap tuan”
Mata Mata Istana
:
“terima kasih tuan”
Raja Faruq
:
“hai mata mata siapa namamu”
Mata Mata Istana
:
“Ali , tuan”
Raja Faruq
:
“siapa nama lengkapmu ?”
Mata Mata Istana
:
“ Zaid Zubair Deni Ali Darman Al Abidin Ramses Salim Sarfas bin Aji Nursalim Qubil Ali Jazira Masdar Al Atiyyah Arfah Ali Aji Saidin“
Raja Faruq
:
“baik sekarang, apa yang hendak kamu katakan”
Mata Mata Istana
:
“maaf tuan, bukan Jendral Hasadlah yang membocorkan rencana penyerangan itu.”
Raja Faruq
:
“lalu siapa lagi yang membocorkan rencana kita, kalau bukan dia !”
Mata Mata Istana
:
“hamba tak berani mengatakannya, tuan”
Raja Faruq
:
“cepat katakana siapa dia”
Mata Mata Istana
:
“orangnya ada disekitar baginda”
Raja Faruq
:
“cepat katakana siapa dia atau ku penggal kau”
Mata Mata Istana
:
“dia, Hajad Aji Samad Al Azzazah Salim Ali Baitar Distajdha Am Ammanah bin Kholiq Ali Darso Aj Ali Dzam Dzamnah, tuan”
Raja Faruq
:
“siapa itu ?”
Mata Mata Istana
:
“penasehat II yang melakukannya , tuan”
Raja Faruq
:
“darimana kamu tahu hal tersebut ?”
Mata Mata Istana
:
“pada suatu malam, sehari sebelum melakukan penyerangan, aku melihat penasehat II, pergi kearah kerajaan Nambrud. Dan aku pula mengikutinya dan melihatnya berbincang dan dijamu khusus oleh raja Namrud.”
Jendral Hasad
:
“terkutuk kamu penasehat II”
Raja Faruq
:
“diam kamu, jendral ?”
Penasehat II
:
“itu tidak benar, tuan” (dengan suara yang ketakutan luar biasa)
Raja faruq
:
“diam Kamu,  benar itu, penasehat II ?
Penasehat II
:
“itu tidak benar, tuan” (dengan suara yang ketakutan luar biasa)
Raja faruq
:
“siapa yang bersama penasehat II dimalam sehari sebelum penyerangan diantara kalian ?”
Penasehat I
:
“hamba tuan, tetapi beberapa jam kemudian aku menengok ke kamar Penasehat II dan hamba tidak menemukannya”
Algojo
:
“hamba juga melihat penasehat II keluar istana pada malam itu, tuan. ketika hamba sedang bermain judi dengan Ajudan Sarman Al Sarri.
Raja Faruq
:
“benar kamu melihatnya pada malam itu”
Ajudan
:
“itu, benar tuan”
Raja faruq
:
“lancang kamu……penasehat II………..berani berkata tak benar padaku. Sudah jelas bahwa mata mata istana dan yang lainnya berkata begitu berkata begitu”
Penasehat II
:
“Bukan aku pelakunya tuan”
Raja Faruq
:
“sudah banyak bukti yang mengatakan hal yang sama. Algojo …. Cepat penggal dia”
Penasehat II
:
“bukan aku pelakunya Tuan” (sambil mencimum kaki raja)
Seluruh Hadirin
:
“cepat penggal dia, tuan.”
Penasehat I
:
“Jangan biarkan seorang penghiat tetap hidup dalam istana.”
Penasehat III

“hamaba setuju dengan penasehat I, tuan. Jangan biarkan seorang penghiat tetap hidup dalam istana. Bunuh dia tuan”
Penasehat II
:
“ bukan aku pelakunya tuan” (dan langsung berlari meninggalkan tempat duduknya).
Sang penasehat II pun Lari dari istana, tetapi walaupun ia berlari ia tetap dikejar oleh para pengawal.
Raja Faruq
:
“ algojo, lepaskan dia Jendral itu ,kejar dan bunuh penasehat II sekarang juga dan bawa kepalanya untukku”
Algojo
:
“baik tuan”
Beberapa saat kemudian algojo membawa Penasehat II dalam keadaan terbujur kaku dan berasimbah darah dan diseret masuk kedalam istana.
Raja Faruq
:
“mana musuh dalam selimut itu algojo?”
Algojo
:
“ini tuan”
Raja Faruq
:
“wahai kalian dengarkan aku. Untuk penghormatan terakhir  pada penasehat kurang ajar ini . marilah bersama sama kita ludahi dia dan tending tenndang mayatnya dan algojo……. setelah diludahi buang dia kekali agar dimakan buaya.”
Algojo
:
“siap baginda”
Seluruh istana pun mengikuti perintah raja Faruq, mereka meludahi dan meginjak injak mayat Penasehat II.
Raja Faruq
:
“ Hai, jendral kau kubebaskan dan dapat bertugas kembali”
Jendral Hasad
:
“terima kasih Tuan”







Mohon maaf  yah………….ceritanya sampai disini dulu
See You Next Time













No comments:

Post a Comment