Wednesday, January 11, 2012

Astrometri

Astrometri adalah cabang dari astronomi yang memusatkan perhatian pada posisi bintang dan benda langit lainnya, jarak dan pergerakan mereka. Sebagian astrometri melibatkan pembuatan tangga jarak kosmik.
Astrometri adalah salah satu sub-bidang ilmu yang paling tua, kembali ke zaman Hipparchus, yang menyusun katalog bintang yang pertama. Hipparchus juga menciptakan skala kecerahan yang masih dipergunakan sampai sekarang. Astrometri modern dirintis oleh Friedrich Bessel dengan 'Fundamenta astronomiae'nya, yang menghitung posisi rata-rata sebanyak 3222 bintang yang diteliti antara 1750 dan 1762 oleh James Bradley.
Selain fungsi pokok menyediakan astronom dengan bingkai referensi untuk melaporkan pengamatan mereka, astrometri juga penting bagi bidang seperti mekanika langit, dinamika bintang dan astronomi galaksi. Astrometri juga merupakan alat mendasar dalam menentukan waktu, yaitu bahwa UTC, yang pada dasarnya adalah waktu atomik, disinkronkan dengan rotasi Bumi yang ditentukan dari pengamatan yang sangat teliti.
Perkembangan-perkembangan dalam astrometri :
  • Sundial efektif dalam mengukur waktu.
  • Astrolabe diciptakan untuk mengukur sudut di langit.
  • Penerapan Astrometri menyebabkan berkembangnya ilmu geometri bola.
  • Pengukuran secara teliti dari gerakan planet oleh Tycho Brahe membuktikan asas Copernican, bahwa Bumi mengelilingi Matahari.
  • sextant secara dramatis memperbaiki pengukuran sudut-sudut di langit.
Astronom mulai meningkatkan ketepatan setting lingkaran di teleskop mereka, yang mengizinkan mereka untuk melakukan metode paralaks secara lebih teliti lagi dalam menentukan jarak ke bintang dekat. Ini adalah astrometri tradisional.
Hal lainnya adalah penggunaan bintang variabel Cepheid untuk mengukur jarak ke galaksi lain. Dengan mengukur variabilitas kecemerlangan Cepheids di galaksi, Edwin Hubble dapat menentukan jarak mereka.
Hubble memakai Cepheid untuk mengetahui dan menyesuaikan jarak dengan pergeseran merah yang diperlihatkan oleh galaksi-galaksi jauh.
Dari 1989 sampai 1993, Badan Antariksa Eropa (ESA) menggunakan satelit Hipparcos dalam melakukan pengukuran astrometrik yang menghasilkan katalog posisi lebih dari satu juta bintang hingga ketepatan 20-30 milidetik busur.

No comments:

Post a Comment